JABAR, CHANEL7.ID – Banyak pabrik di Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan menutup operasionalnya akibat berbagai faktor, termasuk penurunan permintaan global dan tekanan finansial. Industri tekstil, elektronik, otomotif, dan alas kaki termasuk sektor yang terdampak, dengan beberapa perusahaan besar menutup pabriknya.
Industri Tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex): Pabrik tekstil Sritex dinyatakan pailit dalam putusan Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang dan menghentikan seluruh operasionalnya pada 1 Maret 2025.
PT Asia Pacific Fibers Tbk, Mengalami krisis akibat melemahnya daya saing industri dalam negeri dan tingginya biaya produksi.
Industri Elektronik, PT Sanken Indonesia, Produsen komponen listrik ini menutup pabriknya karena pergeseran bisnis induk perusahaannya ke sektor semikonduktor.
PT Yamaha Music Product Asia, Mengakhiri operasi mereka di Indonesia dan memindahkan produksi ke luar negeri.
Industri Alas Kaki, PT Sepatu Bata Tbk, Menutup pabriknya di Purwakarta akibat menurunnya permintaan dan perubahan strategi bisnis.
Dampaknya Ribuan pekerja terancam kehilangan pekerjaan akibat penutupan pabrik-pabrik ini. Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan akan memastikan para korban PHK mendapatkan pesangon dan pekerjaan baru.
Daftar Pabrik yang Tutup pada 2024-2025:
1. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)
PT Sritex resmi tutup pada 1 Maret 2025, menyebabkan PHK massal terhadap 10.665 karyawan. Penutupan ini terjadi setelah perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang akibat beban utang yang tidak mampu dibayar.
2. PT Yamaha Music Product Asia dan PT Yamaha Indonesia Pada 2025.
Pabrik PT Yamaha Music Product Asia di Bekasi dan PT Yamaha Indonesia di Pulo Gadung akan menutup operasionalnya secara bertahap. Penutupan ini akan menyebabkan PHK terhadap total 1.100 karyawan. Yamaha Music Product Asia, yang mempekerjakan sekitar 400 karyawan, direncanakan tutup pada akhir Maret 2025. Sementara Yamaha Indonesia, dengan sekitar 700 karyawan, akan tutup pada akhir Desember 2025. Keputusan ini diambil karena menurunnya permintaan produk, sehingga produksi akan dialihkan ke pabrik di Cina dan Jepang.
3. PT Sanken Indonesia
PT Sanken Indonesia akan menutup operasionalnya pada Juni 2025 dan menyebabkan PHK terhadap 457 karyawan. Penutupan ini disebabkan karena Induk perusahaan di Jepang, Sanken Electric, mengalihkan fokus bisnisnya ke semikonduktor Selain itu, Tidak ada dukungan pemutakhiran desain dan teknologi dari induk perusahaan di Jepang. Perusahaan juga tidak mampu bersaing untuk menyesuaikan dengan produk-produk baru
4. PT Asia Pacific Fibers Tbk Pada 1 November 2024
PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) menutup sementara pabriknya di Karawang, berdampak pada PHK sekitar 2.500 karyawan. Penutupan ini disebabkan oleh lonjakan impor dan masalah arus kas yang berkepanjangan.
5. PT Sepatu Bata Tbk
PT Sepatu Bata Tbk. menutup pabriknya di Purwakarta pada 30 April 2024, menyebabkan PHK terhadap 233 karyawan. Penutupan ini disebabkan oleh kerugian berulang selama empat tahun terakhir, menurunnya permintaan, dan kapasitas produksi yang berlebih. Perusahaan memastikan pembayaran pesangon sesuai aturan.
6. PT Hung-A di Cikarang.
PT Hung-A Indonesia adalah perusahaan asal Korea Selatan yang memproduksi ban untuk kendaraan, khususnya sepeda motor. Perusahaan yang beroperasi di Cikarang ini memutuskan menutup pabriknya pada 1 Februari 2024 dan melakukan PHK terhadap 1.500 karyawan akibat menurunnya pesanan dan ketidakpastian pasar.
7. PT Cahaya Timur Garmindo
PT Cahaya Timur Garmindo (CTG), sebuah pabrik garmen yang berlokasi di Pemalang, Jawa Tengah, resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang pada Maret 2024. Penutupan ini mengakibatkan PHK terhadap sekitar 650 karyawan. Pailitnya perusahaan disebabkan oleh utang sebesar Rp233 juta kepada PT Dunia Transportasi Logistik, sebuah perusahaan jasa pengurusan transportasi.
8. PT Tokai Kagu
PT Tokai Kagu Indonesia, produsen alat musik khususnya piano, akan menutup pabriknya di Kabupaten Bekasi pada Maret 2025. Penutupan ini berdampak pada PHK terhadap 195 karyawan. Alasan utama penutupan adalah menurunnya daya saing dan perintah dari perusahaan induk di Jepang untuk menghentikan operasional di Indonesia.
®Yusef