JABAR, CHANEL7.ID – Menjelang pemilu 2024, Asep Gumilar SH, Yang biasa di panggil dengan nama panggilannya pak Asgum berpendapat, kalau menjadi wakil rakyat, bukan soal banyaknya materi saja, namun diperlukan juga sosok figure yang sudah terbiasa mewakili apa yang dibutuhkan oleh rakyat.
Asgum Juga Mengatakan Bahwa menjadi wakil rakyat itu harus aspiratif dan juga orang yang sudah biasa menjadi pendamping untuk apa yang dibutuhkan masyarakat. Ucapnya
Dari Pantauan Awak Media Chanel7.id Memang sudah bukan rahasia umum lagi, Setiap kali mendekati pemilu, para calon kepala daerah atau anggota legislatif baik dari tingkat daerah, Provinsi, ataupun RI, mengumbar janji manis kepada masyarakat, Tidak jarang juga sebagian dari mereka menebar amplop berisikan uang atau bingkisan sembako, Secara sadar mereka telah melakukan politik uang, sebuah praktik koruptif yang akan menuntun ke berbagai jenis korupsi lainnya.
Asgum Mengatakan, Politik uang (money politic) adalah sebuah upaya memengaruhi pilihan pemilih (voters) atau penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. Dari pemahaman tersebut, politik uang adalah salah satu bentuk suap. “Ucapnya
- Advertisement -
Praktik ini akhirnya memunculkan para pemimpin yang hanya peduli kepentingan pribadi dan golongan, bukan masyarakat yang memilihnya, Dia merasa berkewajiban mencari keuntungan dari jabatannya, salah satunya untuk mengembalikan modal yang keluar dalam kampanye.
Akhirnya setelah menjabat, dia akan melakukan berbagai kecurangan, menerima suap, gratifikasi atau korupsi lainnya dengan berbagai macam bentuk. Tidak heran jika politik uang disebut sebagai “mother of corruption” atau induknya korupsi.
Asgum, selaku Direktur saksi di DPD Partai Nasdem Kabupaten Ciamis, Jawa Barat mengatakan, politik uang telah menyebabkan politik berbiaya mahal. Selain untuk jual beli suara (vote buying), para kandidat juga harus membayar mahar politik kepada partai dengan nominal fantastis.
Tentu saja, itu bukan hanya dari uangnya pribadi, melainkan donasi dari berbagai pihak yang mengharapkan timbal balik jika akhirnya dia terpilih. Perilaku ini biasa disebut investive corruption, atau investasi untuk korupsi, Ucapnya
“Dari kajian nya, keberhasilan dalam pemilu atau pilkada hampir rata-rata pemenangan dipengaruhi oleh kekuatan uang, sebagian besar juga untuk membiayai mahar politik. Kontestan harus mengeluarkan biyaya yang terbilang besar,” ujar Asgum
- Advertisement -
- Advertisement -
®Yusef Ferry S