Demi Kedaulatan, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Sepakat

0
IMG_20240210_061554
Bagikan Berita

Jakarta, Chanel7.id/news – Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kompak, 2 organisasi kemasyarakatan berbasis warga Islam di Indonesia ini berharap pemilihan presiden (Pilpres) 14 Februari mendatang tetap kondusif hingga seluruh proses selesai.

NU dan Muhammadiyah juga berharap agar pilpres 2024 bisa berlangsung dengan jujur, adil dan transparan sesuai dengan asas pemilu yang telah disepakati bersama.

Baca juga : Ciptakan Filter Air dari Bonggol Pisang, 3 Siswi SMK Muhammadiyah Diundang ke Bogor

NU dan Muhammadiyah berharap tidak ada pihak yang mengerahkan massa, manakala terjadi perselisihan hasil pemilihan presiden dan menyerahkan sesuai mekanisme hukum.

NU dan Muhammadiyah sepakat menjaga proses kampanye berlangsung lancar tanpa ekses.

“Kami gembira kampanye berjalan lancar, tidak ada insiden yang menggangu proses politik ini. Harapan kita tetap lancar sampai seluruh tahapan selesai. Apa pun hasilnya kita terima,” kata Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf di Jakarta, Jumat (9/2/2024).

Baca juga : Jamkrida dan Universitas Nahdlatul Ulama Kalsel Wujudkan Kerjasama

Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) mengakui selama proses pilpres, suhu politik memanas. Kendati demikian semua pihak bisa menempatkan diri dengan baik dan memaklumi bahwa hal tersebut bagian dari dinamika politik.

“Pemilu ini adalah proses yang harus kita lewati. Setelah itu kita bersatu kembali, mencari cara supaya kita bisa menata masa depan bangsa yang lebih baik,” tandas Gus Ipul.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga senada dengan Gus Ipul, dia mengajak seluruh warga Indonesia bisa menerima apa pun hasil pilpres. Siapa pun pemenangnya sebagai hasil pilihan rakyat dan wujud kedaulatan rakyat.

Baca juga : Keluarga Korban Pembunuhan di Kaltim : Nyawa Balas Nyawa

Mu’ti berpesan kepada pemenang pilpres dan yang kalah bisa bersikap patut dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

“Yang menang jangan jumawa dan yang kalah legawa, setelah pemilu kembali bersatu,” tutur Mu’ti

“Tidak ada istilah “the winner takes it all”, yang memang mengambil semuanya, sementara yang kalah disingkirkan,” sambungnya.

“Saya kita itu bukan bagian dari karakter dan sistem politik kita. Kita tidak mengenal pemerintah yang berkuasa dan partai yang oposisi. Semua bagian dari pilar demokrasi Indonesia,” tegas Mu’ti.

 

 

®Pegas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *